Dosen Tunanetra Berkeliling Indonesia Demi Gelar Profesor

Melihat latar belakang Murtini seperti ini, rasanya orang akan menyambutnya dengan baik, jika ia datang ke instansi pemerintah, untuk sekadar meminta tandatangan dan cap stempel dari pimpinan instansi, sekadar menunjukkan bahwa dirinya sudah berkunjung ke Instansi tersebut.

Namun kenyataan tidak seperti itu. Termasuk ketika ia berkunjung ke Kabupaten Berau. Berau adalah Kabupaten/Kota kunjungannya saat ini, sejak ia memulai perjalanan keliling Indonesia pada 15 September 2007.

Tujuan utamanya untuk berkeliling Indonesia adalah ingin membuat buku tentang pelayanan publik di semua insatansi pemerintah di Indonesia. Beliau berkata “Berbagai macam sambutan saya dapatkan, apalagi saya ini kan cacat tidak bisa melihat.

Murtini pun berharap, dari hasil perjalanannya itu bisa menjadi modal bagi dirinya, untuk mendapatkan gelar Profesor. Dalam melakukan perjalanan, Murtini tidak pernah meminta bantuan biaya dari pihak lain.  Meskipun ia juga tidak menolak, ketika ada orang yang memberikan bantuan untuk biaya perjalanannya.

Cita-cita nya adalah menjadi profesor, tetapi karena kecelakaan ini membuat cita-cita nya tersendat. Tetapi semangat saya tidak pernah luntur katanya, walaupun saya ini cacat saya tetap ingin meraihnya, walau nanti gelar itu saya raih dengan penghargaan,”

“Saya mulai dengan uang hasil tabungan saya sendiri semenjak saya menjadi guru dan dosen,” ucap perempuan kelahiran 19 Meret 1958  yang tercatat sebagai warga Komplek Perwira Tinggi Cibubur RT 1/15 itu.

Selama menjelajah, ia jalan sendiri.  Kalau pun diantar, maka dia tidak mau diantar sampai ke dalam kantor.  Tapi hanya sampai di depan, setelah itu dia akan masuk sendiri.

Murtini mengawali karir sabagai PNS pada tahun 1980 sebagai Dosen Fakultas Pendidikan di Universitas Negeri Riau (UNRI). Sekilas riwayat pendidikannya, dari SD sampai SMA beliau tamatkan di Provinsi Jambi. Lalu dirinya melanjutkan pendidikan sarjana muda di IKIP Bandung pada tahun 1977, dan menyelesaikan S1-nya di Civic Hukum IKIP Bandung tahun 1979. "Pendidikan S2 Program Studi Magister Manajemen Universitas Andalas dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan, tahun 1987. Sedangkan untuk gelar Doktor disandang dari pendidikan S3-nya di Belanda dari tahun 1994 sampai 1997. Hingga sekarang status saya sebagai dosen kewirausahaan di UNRI.

Namun nasib malang menimpa dirinya di tahun 2004 ia mengalami kecelakaan di Puncak Bogor. Dimana dari kecelakaan itu ia harus menjalani operasi di kepalanya sampai 7 kali, yang juga mengakibatkan kebutaan pada kedua belah matanya yaitu tepatnya sejak tahun 2007.

Awalnya waktu itu bersama kesebelas temannya mengendarai mobil dinas ke Bogor, namun musibah kecelakaan mengakibatkan 10 rekannya meninggal dunia. 1 teman stres berat dan saya mengalami kebutaan," jelasnya.

Operasi pernah dilakukan di RS Gatot Subroto Jakarta, namun sempat kambuh hingga diharuskan dibawa ke RS Elisabeth di Singapore, sang dokter hanya mengatakan tiga kemungkinan yang akan menimpa dirinya. Gejala awal kepala pusing dan terasa sangat berat. Kecelakaan membuat otak Murtini mengalami luka atau dengan kata lain pencairan otak. Tahun 2007 dilakukan operasi di Singapore dan dokter memberikan pernyataan bahwa Murtini akan buta selamanya, depresi berat atau meninggal dunia. (awir-)

Comments