Soal Perdebatan Nama Pasar Induk di Sei Buluh

Usulan pemberian nama pasar induk yang berada di Sei Buluh, Gunung Tabur, dengan embel-embel trade center disetujui Bupati Makmur HAPK. Rencananya, pasar induk yang akan diresmikan sebelum Bulan Ramadan tahun ini itu akan diberi nama Berau Trade Center Baddit Dipattung.

Bahkan untuk pemberian nama pasar induk tersebut, Makmur memberikan kesempatan kepada warga Berau untuk mengusulkan nama yang tepat. “Nanti akan kami siarkan melalui Berau TV,” katanya usai membuka pendidikan dan pelatihan kepemimpinan di Sanggar Keterampilan Belajar (SKB), Tanjung Redeb, Selasa (19/5).

Sebenarnya, bukan masalah nama yang terlalu dipikirkan bupati, namun kegunaan pasar tersebut yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan warga kelas menengah ke bawah. Secara konsep, pasar induk yang dibangun PT Total Bangun Persada itu sudah memenuhi kriteria sebuah trade center.

Seperti diberitakan sebelumnya, DPRD Kabupaten Berau menyoalkan pemberian nama Pasar Induk di Sei Buluh, Kecamatan Gunung Tabur tersebut. Menurut Wakil Ketua I DPRD Berau Kamrani, nama pasar induk yang menghabiskan dana ratusan miliar tersebut harus dimusyawarahkan.

“Saya berharap agar pemberian nama pasar induk yang ada di KM 5 Sei Buluh dapat dicarikan nama yang sesuai, kalau perlu Pemkab Berau dan sejumlah tokoh masyarakat serta anggota DPRD dapat duduk bersama-sama membahas nama pasar tersebut,” ujar Kamrani Umar didampingi Wakil Ketua II Muharram, beberapa waktu lalu.

Informasi didapatkan, rencananya pasar tersebut akan diberi nama Baddit Dipattung. Nama tersebut diambil dari nama salah seorang raja di Gunung Tabur. Dikhawatirkan, pemberian nama tersebut disalahartikan masyarakat. “Ciri khas orang kita, jarang menyebutkan nama secara lengkap. Jika pasar itu dinamakan Baddit Dipattung, dikhawatirkan warga hanya menyebutnya Pasar Baddit yang artinya rakus,” jelas Kamrani.

Dituturkannya, pemberian nama trade center tersebut akan meningkatkan kapabilitas pasar tersebut. Opini masyarakat selama ini, pasar selalu diidentikkan dengan tempat bertransaksi antara penjual dan pembeli dengan lingkungan yang kumuh dan kotor. “Nama trade center akan meningkatkan brand dari Kabupaten Berau sebagai kota berkembang. Hendaknya pasar ini diberikan nama yang lebih modern dan mudah melekat di otak masyarakat,” ungkapnya.

PT Total memastikan seluruh tahapan pembangunan pasar tradisional berkonsep modern itu rampung tidak lama lagi. “Kita targetkan dalam waktu dekat seluruh pekerjaan selesai. Sementara ini kami tinggal menyelesaikan pekerjaan ringan tahap ketiga ini,” ujar Asep Nasruddin, Site Manajer PT Total Bangun Persada.

Bangunan pasar dengan luas 7,5 hektare itu dibagi dalam beberapa bagian. Yakni pasar basah dengan luas 10.532 meter persegi yang mampu menampung 1.412 pedagang, pasar kering seluas 9.702 meter persegi dan mampu menampung 565 pedagang. Sedangkan pembangunan plasa dengan luas 6.898 meter persegi berkapasitas 52 petak pedagang. Juga ada tempat pembuangan sampah sementara yang luasnya 144 meter persegi.

Bagian depan disiapkan untuk lahan parkir yang mampu menampung hampir dua ribu kendaraan, baik roda empat roda, serta truk pengangkut barang. Pembangunan pasar induk sejak April 2007 itu, untuk tahap pertama dianggarkan Rp 136 miliar. Yakni untuk pembangunan gedung pasar basah dan pasar kering. Sedangkan tahap kedua senilai Rp 74,98 miliar untuk pembangunan food court berlantai dua dengan kapasitas 52 petak, serta tahap ketiga dengan dana Rp 10 miliar untuk melangsungkan pembangunan masjid, pos jaga, pos polisi pagar, serta toilet umum.

Comments