Limbah Domestik Ancam Kualitas Air Sungai

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Berau Basri Sahrin mengisyaratkan limbah domestik masih menjadi ancaman bagi air sungai di Berau. Dia menjelaskan, misalkan saja ada 1 orang yang hidup di daerah aliran sungai (DAS) Berau, maka akan ada sampah padat sebesar setengah kilogram.

“Tinggal dikalikan saja limbah padat tersebut. Bila ada 500 warga yang tinggal di DAS Berau itu, berapa sampah yang terkumpul setiap hari,”ujarnya.

Hasil pantauan harian ini, limbah domestik di sepanjang sungai itu hanya sebagian kecil yang terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA), selebihnya tercecer ke parit dan anak sungai yang bermuara ke Sungai Berau.

Sumber limbah itu ditambah lagi dengan limbah cair. Setiap penduduk selalu membuang limbah cair ke badan air melalui parit-parit. “Limbah air sabun bekas mandi, cucian, dan lemak-lemak sisa makanan semuanya masuk ke sungai Berau. Kalikan saja jumlahnya, maka bisa dibayangkan seberapa banyak limbah cair yang berdampak mencemari Sungai Kelay dan Segah,” ungkapnya.

Dikatakan Basri, pengelolaan limbah sungai bukanlah hal yang sulit. Namun merubah pola pikir masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai itu yang sukar. Paradigma masyarakat selama ini bahwa area sekitar sungai adalah “tong sampah” pembuangan limbah.

Untuk mengatasi hal itu, Basri menuturkan, diperlukan pembangunan bak pengelolaan limbah cair penduduk sebelum masuk ke badan sungai. Selain itu, diperlukan septictank komunal di daerah aliran sungai yang padat penduduk. “Dengan adanya septictank ini, diharapkan tidak ada masyarakat yang membuang tinja langsung ke badan sungai,” tuturnya.

Dia mengimbau agar masyarakat ikut serta menjaga kualitas sungai Berau, dimulai dari rumah masing-masing dengan tidak membuang sampah ke badan air, serta menggunakan produk deterjen ramah lingkungan. Sementara itu untuk mengendalikan menurunnya kualitas air sungai, pihaknya telah menyampaikan rancangan peraturan daerah (raperda) mengenai izin pembuangan air limbah, baik yang dilakukan rumah makan, perhotelan maupun rumah sakit.

Hal itu dilakukan untuk mencegah kerusakan kualitas tanah dan air yang lebih luas. “Bayangkan, bila jumlah keluarga di Berau terus bertambah dan masing-masing memiliki septictank, berapa kerusakan tanah dan penurunan kualitas air yang terjadi,” ucapnya.

Comments