Peninggalan Raja Alam Di Berau Banyak Hilang

Sejumlah peninggalan bersejarah milik Raja Alam, di Kampung Tembudan Kecamatan Talisayan,, Kabupaten Berau, banyak yang hilang, terutama barang-barang yang terbuat dari tembaga dan sejumlah peninggalan berharga lainnya.



Hal itu terungkap ketika Gubernur Kaltim, H Suwarna AF berkunjung ke Makam Raja Alam Sultan Alimuddin, sebagai rangkaian kunjungan kerja ke wilayah utara 29 Agustus hingga 2 September 2003. Hilangnya sejumlah peninggalan bersejarah itu, diduga dicuri oleh sejumlah warga asing yang datang ke wilayah itu bersama sejumlah perusahaan sekitar tahun 70-an.


Di kompleks pemakaman Raja Alam di Desa Tembudan itu, tampak pula makam kerabat Kerajaan Berau lainnya yang berada di areal seluas dua hektare itu. Sementara makam Raja Alam atau Sultan Alimuddin yang pernah memerintah Kerajaan Berau pada tahun 1810 hingga 1844 itu terlihat lebih besar ketimbang bangunan makam lainnya. Bangunan makam itu dilapisi batu alam (palimanan) sementara pusaranya nampak dibalut kain berwarna kuning. Di sebelah kanan makam tampak terlihat sebuah meriam, salah satu peninggalan Raja Alam yang masih tersisa ketika bertempur melawan penjajah Belanda dengan armada lautnya yang tangguh. Wilayah pertempurannya dilakukan dari Tanjung Mangkaliat (Berau) sampai ke Tanjung Karang Tigau. Kompleks makam Raja Alam ini diresmikan Gubernur Suwarna AF pada 16 September 2002.


Raja Alam merupakan putera dari Sultan Amiril Mukminin, Raja Berau ke-16. Ia menetap di Sungai Rindang Talisayan, karena istananya sudah dihancurkan penjajah Belanda. Kepala Desa Tembudan, Ading T, mengatakan benteng pertahanan Raja Alam berada di wilayah Batu Putih Kabupaten Berau. Sayangnya, banyak peninggalan Raja Alam yang hilang dicuri orang yang tidak bertanggung jawab.


Sekitar tahun 1970-an, waktu itu banyak perusahaan yang masuk ke desa ini, banyak peninggalan kerajaan yang dicuri orang asing," kata Ading T. Sebab warga desa setempat, menurutnya tidak ada yang berani menyentuh bahkan sampai mencuri peninggalan pejuang yang namanya diusulkan menjadi Pahlawan Nasional itu. Benda-benda peninggalan seperti tembaga, mahkota atau bahkan senjata meriam itu diyakini mempunyai unsur magis atau dikeramatkan, sehingga tidak ada yang berani mengambilnya. "Yang tersisa tinggal satu ini," kata Ading sambil menunjuk ke arah meriam yang ada di sisi makam.


Ditemukannya makam Raja Alam ini setelah melalui proses pencarian oleh pemerintah. Selain itu juga dilakukan serangkaian penyelidikan sejarah melalui bukti-bukti yang ada di Museum Mulawarman di Tenggarong. "Berdasarkan buku sejarah milik Belanda, ternyata makamnya memang ada di sini," tambah Ading. Penemuan makam itu juga dibantu suku Dayak Ahe yang tinggal di desa itu. Ia berharap masyarakat ikut menjaga situs bersejarah ini, sebab Raja Alam juga dikenal sebagai pejuang yang tidak mau tunduk pada Belanda. Pasukan Raja Alam sekitar 125 kapal, termasuk armada kapal dari Sulawesi ikut membantu berperang melawan penjajah Belanda. Dengan kekuatan armada angkatan laut yang tangguh itu, Belanda baru mampu memukul mundur pasukan Raja Alam setelah bertempur 10 hari dan itupun dengan pengorbanan yang cukup banyak baik personil maupun perlengkapan kapal perang. Rombongan Gubernur Kaltim disambut Wakil Bupati Berau Drs Makmur HAPK di lokasi perusahaan HPH PT Sumalindo.


Menariknya ada sajian Tarian Surung Dayung, yang merupakan tarian adat selamat datang dari Suku Dayak Ahe yang sebagian besar tinggal di kampung yang berjarak sekitar 180 kilometer dari Tanjung Redeb Ibukota Kabupaten Berau.

Comments