Warga Punan Basap Kembali ke Rumah

BUKAN karena menolak program penempatan yang diberikan pemerintah, melalui Dinas Sosial. Warga Punan Basap merasa gerah tinggal di rumah panggung yang “miskin” fasilitas. Terutama alat penerangan. Karena itu, belasan kepala keluarga memilih meninggalkan rumah tersebut, dan kembali ke tempat lain yang bisa membuatnya lebih tenang.


Kampung Teluk Sumbang, terbilang lengkap. Komunitas dari berbagai etnis berkumpul dengan rukun dalam menjalankan aktifitas sehari-hari, baik sebagai nelayan maupun sebagai petani. Etnis Bugis paham menggunakan bahasa Dayak Punan Basap, sebaliknya Punan Basap pun juga fasih berbahasa Bugis.


Ketika Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dalam tahap pengerjaan, semua masyarakat, terutama kaum mudanya ikut terlibat. Terlibat sebagai tenaga suka rela, ada juga yang menerima upah dari proses pembangunan proyek tersebut. Mulai dari ikut menggali saluran, mengangkut kabel dan memasang jaringan kabel.


Yang ada dipikiran warga, hanya satu. Bagaimana menikmati listrik seperti warga lainnya, sejak pagi hingga pagi berikutnya tanpa berhenti. Semangat inilah, membuat Program Pengembangan Kecamatan Mandiri (PPKM) justru lebih bersemangat, bagaimana PLTMH bisa selesai lebih awal.


Selang beberapa bulan, ketika semua peralatan dan infrastruktur selesai dikerjakan, tibalah saat paling mendebarkan. Dimulainya operasi PLTMH yang memanfaatkan tenaga air yang ada di kampung tersebut. ”Alhamdulillah, akhirnya apa yang menjadi cita-cita kami bersama warga bisa terwujud,” kata Bahri Bahruddin, konsultan manajemen PPKM Berau.


Awalnya warga sempat tidak percaya, air terjun yang selama ini dijadikan sebagai sumber mendapatkan air tawar, justru mampu menghasilkan energi yang selama puluhan tahun didambakan. Bahkan, warga Punan Basap sempat putus asa, memutuskan meninggalkan rumah yang disiapkan Dinas Sosial.


Ketika listrik mulai mengalir ke rumah warga, warga Punan Basap pun berlomba-lomba kembali pulang ke rumahnya. Sebanyak 110 kepala keluarga kini bisa menikmati listrik 24 jam. Malam hari, terdengar nyaring suara televisi. Pagi hari, juga seperti demikian. Di Masjid setiap juga demikian. Anak sekolah bisa belajar dengan tenang di malam hari, sambil menyaksikan televisi yang selama ini bisa dinikmati dengan terbatas. Pemandangan di malam hari, juga nampak terang di hampir seluruh rumah. Pemandangan tidak pernah terjadi selama ini.

Comments

  1. Jadi,,,apakah menurut Anda dinas sosial berusaha mengubah kultur komunitas punan basap tsb? dgn merumahkan mereka?

    ReplyDelete

Post a Comment

Silahkan Masukan Komentar dangkita..

:::Cara mengirim komentar anda harus mempunyai account google atau url web/blog lainnya ( seperti wordpress, dll ).
:::Jika anda tidak memiliki account google atau url web/blog, maka anda dapat mengirimkan komentar anda dengan memilih pengguna "Anonymouse"