Menguwati Banua, Hindari Bencana Alam



BERAU-Mengobati kampung merupakan peninggalan adat Kerajaan Gunung Tabur yang kini terus dipertahankan masyarakat setempat termasuk kerabat Kesultanan Gunung Tabur. Mengobati kampung atau dalam bahasa Berau nya Menguati Banua ini merupakan tradisi bernuansakan Islami, yang bertujuan memohon kepada Allah untuk menghindarkan segala bencana alam yang melanda daerah ini. Kemarin, Senin (21/01), acara dilaksanakan dengan sakral dipusatkan di Museum Keraton Gunung Tabur dihadiri sejumlah kerabat Kesultanan Gunung Tabur serta warga setempat. Prosesi acara ini dihadiri Bupati Berau Makmur HAPK, Wakil Bupati Berau Ahmad Rifai. Hadir juga Ketua DPRD Berau Abdul Rahim dan Sekda Berau Ibnu Sina Asyari serta sejumlah unsur muspida. Acara ini tentunya mendapat respons positif pemerintah dalam menunjang visi misi Berau menuju wisata yang unggul.

Daerah ini tidak hanya kaya potensi wisata alam saja, bahkan wisata kebudayaan yang dibawakan suku-suku yang bedomisili di Berau turut serta memeriahkan prosesi kebudayaan setiap tahunnya.


“Upacara adat seperti ini tentunya menjadi perhatian penuh oleh pemerintah daerah untuk menciptakan wisata yang unggul dan secara tidak langsung berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” tutur Bupati Berau Makmur.


Makmur menyambut baik upacara memohon keselamatan tersebut, pasalnya jika melihat berbagai bencana alam yang terjadi di tanah air, tidak hanya menghitung bulan, bahkan silih berganti yang terjadi di setiap harinya. Ia juga meminta kepada panitia penyelenggara, upacara mengobati banua ini diagendakan setiap tahunnya yang bersamaan dengan hari jadi Kelurahan Gunung Tabur.



Sementara itu Ibrahim Istur yang merupakan tokoh masyarakat Gunung Tabur mempertahankan adat tersebut mengatakan, Menguati Banua ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendoakan keselamatan daerah dari bencana alam, bahkan menghindarkan dari berbagai penyakit menular yang rentan terjadi di sejumlah wilayah khususnya di Kecamatan Gunung Tabur. Acara tolak bala ini diawali doa bersama oleh pegawai 12 atau yang disebut petugas mesjid, diantarannya 4 orang imam, 4 orang khatib dan 4 orang bilal yang mengelilingi kampung-kampung yang rawan terhadap bencana alam, kecelakaan serta rawan terhadap wabah penyakit menular. Di setiap kampung yang rawan bencana alam tersebut dilakukan azan bersama untuk menjauhkan dari segala cobaan, “upacara seperti ini ikhtiar manusia, namun yang berkehendak adalah Allah semata,” ujarnya.


Comments