Kerajaan Berau

1. Sejarah

Proses berdirinya Kerajaan Berau terbilang unik karena diawali dengan adanya kesadaran dari bawah (masyarakat sendiri) untuk membentuk sebuah kerajaan. Sejak abad ke-13, wilayah Berau telah memiliki pusat pemukiman yang disebut Banua. Masing-masing Banua dipimpin oleh seorang kepala adat atau kepala suku yang bertindak sekaligus sebagai pemimpin pemerintahan serta pemimpin adat dan agama. Pada Abad ke-14, semua banua yang ada di wilayah ini sepakat untuk bersatu di bawah pimpinan seorang raja. Maka, pada abad ini Kerajaan Berau mulai berdiri. Nama Berau digunakan sebagai nama kerajaan karena merujuk pada nama daerah Berau pada saat itu.

Kerajaan ini berdiri di Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur. Raja pertamanya adalah Addit Dipattung dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Aji Raden Suryanata Kesuma dikenal sebagai sultan yang berwibawa dan sangat memperhatikan nasib rakyatnya. Ia berkuasa selama 32 tahun, yaitu antara tahun 1400 hingga tahun 1432. Ketika memerintah, Aji Raden Suryanata Kesuma pernah menyejahterakan rakyatnya dengan menyatukan beberapa wilayah pemukiman (Banua), di antaranya adalah Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut dan Banua Rantau Sewakung. Nama raja yang berwibawa ini diabadikan sebagai nama salah satu bagian dari Komando Rayon Militer Kodam VI/TPR, yaitu Korem 081 Aji Suryanata Kesuma (ASN) yang berkedudukan di Samarinda.

Pada abad ke-17, penjajah Belanda memasuki Kerajaan Berau dengan berkedok sebagai pedagang (VOC). Akibat dari strategi Belanda yang menerapkan “devide et empera” (politik perpecahan), pada tahun 1810 Kerajaan Berau terpecah menjadi dua, yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung. Pecahnya Kerajaan Berau juga ditandai dengan masuknya ajaran Islam melalui peran seorang ulama bernama Imam Sambuayan dengan pusat penyebarannya di sekitar Sukan (Desa Sukan). Tulisan tentang dua kesultanan tersebut dibahas secara tersendiri pada bagian lain.

2. Silsilah

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa raja pertama Kerajaan Berau adalah Aji Raden Suryanata Kesuma yang memerintah antara tahun 1400 hingga tahun 1432. Namun, data lengkap tentang silsilah sultan-sultan yang berkuasa sebelum kerajaan ini pecah belum ditemukan.

3. Periode Pemerintahan

Pada perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1960, Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung secara resmi dihapuskan melalui keputusan parlemen Indonesia. Dua kesultanan yang merupakan pecahan dari Kesultanan Berau tersebut menjadi bagian dari Kabupaten Berau. Sultan Muhammad Aminuddin, Sultan terakhir pada Kesultanan Sambaliung kemudian menjadi Kepala Daerah yang juga selaku bupati pertama di Kabupaten Berau. Kabupaten berau merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Kalimantan Timur. Ibukota Kabupaten Berau adalah Tanjung Redep yang berada di Sungai Berau. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 32.700 km² dan berpenduduk sebesar kurang lebih 75.000 jiwa. Suku asli Kabupaten Berau adalah Suku Banua yang berada di Desa Bangun dan Bebanir.

4. Wilayah Kekuasaan

(Dalam proses pengumpulan data)

5. Struktur Pemerintahan

(Dalam proses pengumpulan data)

6. Kehidupan Sosial-Budaya

(Dalam proses pengumpulan data)

(awr/2007)

Sumber :

Berau Televisi
Kaltim Post
www.depdagri.go.id.
www.korantempo.com.

Comments

  1. Ente salah Bupati Berau yang pertama itu Aji Raden Ayub dari Kesultanan Gunung Tabur...sedangkan dari raja Sambaliung tidak ada yg pernah jadi Bupati..jadi harap di koreksi utk pelurusan sejarah

    ReplyDelete

Post a Comment

Silahkan Masukan Komentar dangkita..

:::Cara mengirim komentar anda harus mempunyai account google atau url web/blog lainnya ( seperti wordpress, dll ).
:::Jika anda tidak memiliki account google atau url web/blog, maka anda dapat mengirimkan komentar anda dengan memilih pengguna "Anonymouse"