Kualitas dan Harga Sanggup Bersaing

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Berau HM Bayu mengakui produk-produk para pengusaha kecil menengah (UKM) daerah ini masih lemah dalam sistem kemasannya. Akibatnya pemasarannya kalah bersaing dengan produk luar.

Soal kualitas, diyakini mampu bersaing, begitu pula soal harga bisa disejajarkan dengan produk industri rumah tangga di luar daerah. Bila kemasan produk UKM lebih baik, otomatis pemasaran produk Berau lebih meningkat. Untuk itu, Disperindag lebih fokus terhadap perbaikan kemasan melalui kerjasama Klinik Kemasan Produk yang dikelola perusahaan di Berau. Sejalan dengan itu, Disperindagkop memprioritaskan program pembinaan kepada para UKM terhadap perbaikan kemasan tersebut, sehingga tidak selalu bergantung pada rumah kemasan milik perusahaan.

“Diharapkan mereka yang mengelola rumah kemasan, sambil menghasilkan produknya sendiri,” ujarnya. Menjawab produk apa saja yang telah merambah di pasaran luar daerah, Bayu menjelaskan, sudah 10 produk pangan mewarnai pasar Pulau Jawa. Antara lain terasi, ebi, kue rangai, kerupuk ikan, ikan asin, kue telinga segai, gula merah, maupun bahan makanan hasil pertanian.

Produk pangan tersebut merupakan bagian dari produk unggulan Berau yang terus ditingkatkan daya saingnya, sebab daya saing produk unggulan daerah merupakan faktor penting dan penentu dalam menjaga eksistensi pengembangan sektor industri perdagangan.

"Memang sejauh ini peningkatan daya saing produk unggulan terkendala persoalan SDM, modal usaha, sarana dan prasarana. Namun sektor perindustrian dan perdagangan di wilayah Berau merupakan salah satu bidang strategis karena mampu menyerap tenaga kerja dan investasi yang cukup besar,” kata Bayu.

Tercatat sejak 2006 lalu dengan jumlah industri mencapai 1.096 unit usaha, baik unit usaha formal maupun nonformal, dengan merekrut tenaga kerja sebanyak 3.951 orang dan nilai investasi di 2006 sebesar Rp 51,6 miliar. Sedangkan di 2007, jumlah industri mencapai 1.111 unit usaha dengan merekrut 3.205 tenaga kerja, mencatatkan nilai investasi Rp 34,3 miliar.

Sementara di 2008 menjadi 1.165 unit usaha dengan merekrut 3.451 tenaga kerja dan nilai investasi sebesar Rp 25,4 miliar. Sementara di Januari 2009 lalu, pertumbuhan industri formal di Berau sudah mencapai 248 unit usaha dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1.353 ribu orang dan total investasi sebesar Rp 22,8 miliar lebih.

Bayu memprediksi, pertumbuhan industri kecil di 2009 meningkat dari tahun sebelumnya. Peningkatan industri kecil itu salah satu dampak krisis ekonomi global yang membuat ratusan karyawan perusahaan dirumahkan. Karyawan yang keluar dari perusahaan, akan menjadi calon pelaku industri, baik industri jasa, perdagangan hingga industri keterampilan.

Untuk mengantisipasi membeludaknya usaha industri, Disperindagkop telah bersiap dengan sejumlah program untuk melakukan pembinaan bagi pelaku industri tersebut. Selain itu penyaluran modal usaha dari dana program UKM yang tahun ini disiapkan Rp 16 miliar.

Dia menyarankan kepada pelaku industri untuk melakoni industri berskala lokal dan tidak bergantung pada bahan baku dari luar. Baik itu industri perkebunan, pertanian maupun industri perikanan, sebab ketiga sektor ini memiliki profek yang cukup menjanjikan baik dari segi pemasaran maupun penyedian bahan baku. “Di sektor itu, semua ada di Berau dan belum dimanfaatkan secara maksimal,” katanya.

Comments